Reformasi pendidikan adalah upaya perbaikan
pada bidang penidikan. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar
yaitu terprogram dan sistemik. Reformasi kebijakan pendidikan adalah upaya
perbaikan dalam tataran konsep pendidikan, perundang-undangan, peraturan dan
pelaksanaan pendidikan serta menghilangkan praktek-praktek pendidikan dimasa
lallu yang tidak sesuai atau kurang baik sehingga segala aspek pendidikan
dimasa mendatang menjadi lebih baik.
Terkait dengan reformasi pendidikan, berikut
admin bagikan seputar informasi tentang reformasi pendidikan dunia khususnya
yang telah terjadi di negara-negara maju seperti mulai dari Cina, Korea
Selatan, Amerika Serikat, Polandia,
Inggris sampai dengan negara Finlandia yang dilansir dari paparan Menteri Pendidikan
Dasar dan Menengah pada silaturahmi Kementrian dengan Kepala Dinas Kabupaten
dan Kota se-Indonesia bebarapa hari yang lalu.
Reformasi
Pendidikan Cina
Pada bulan Juni 2013, pemerintah pusat Cina
mengeluarkan panduan untuk seluruh propinsi dalam mereformasi model penilaian
mutu pendidikan. Ada 5 area yang jadi penilaian:
1.
Perkembangan
Moral yang diindikasikan oleh perilaku dan kebiasaan, kewarganegaraan,
kepribadian dan karakter, serta ambisi dan prinsip-prinsip yang dianut.
2.
Perkembangan
Akademik yang diindikasikan oleh pengetahuan dan keahlian, pemikiran disiplin,
kemampuan aplikasi serta kreativitas.
3.
Kesehatan
Jiwa dan Raga yang diindikasikan oleh kebugaran fisik, kebiasaan hidup sehat,
selera artistik dan keindahan, kesehatan emosional, kemampuan mengendalikan
diri serta komunikasi interpersonal.
4.
Perkembangan
Minat dan Bakat Unik yang diindikasikan oleh rasa ingin tahu, bakat dan
keahlian unik, serta penemuan dan pengembangan potensi diri.
5.
Pengurangan
Beban Akademik yang diindikasikan oleh waktu belajar [mis: lamanya jam
pelajaran, pekerjaan rumah, waktu untuk tidur, dll.], kualitas instruksi,
tingkat kesulitan pelajaran serta tekanan akademik.
Pengurangan Beban Akademik
Pada bulan Agustus 2013, pemerintah Cina
mengeluarkan dokumen lanjutan untuk mendorong daerah dan sekolah mengurangi
beban akademik bagi siswa pendidikan dasar:
1.
Penerimaan
siswa yang transparan dan hanya berdasarkan domisili siswa.
2.
Pengelompokan
siswa dan guru secara seimbang dan acak, tanpa kelas-kelas khusus.
3.
Pengajaran
“titik awal nol” dengan asumsi kecakapan siswa mulai nol dan tidak ada
ekspektasi akademik tinggi.
4.
Tidak
ada pekerjaan rumah tertulis, tapi boleh memberi PR “eksperiensial” dengan ortu
dan masyarakat.
5.
Mengurangi
ujian. Standardized test dilarang untuk kelas 1-3 SD. Berikutnya, hanya boleh
satu per semester.
6.
Evaluasi
kategorikal. Sekolah tidak boleh memberi nilai angka, tapi kategori mulai
“cukup” sampai “luar biasa”.
7.
Meminimalkan
material tambahan. Hanya boleh satu material tambahan selain buku utama.
8.
Tidak
boleh ada kelas tambahan.
9.
Kegiatan
olahraga minimal satu jam. Sekolah juga harus berikan waktu istirahat dan
relaksasi yang cukup.
10.
Memperkuat
dukungan pada sekolah. Otoritas pendidikan di semua tingkat kepemerintahan
harus melakukan inspeksi secara periodik dan mengawasi langkah nyata dalam
mengurangi beban akademik siswa, serta wajib mempublikasikan temuannya.
Reformasi
Pendidikan Korsel (Korea Selatan)
Pengaruh College Scholastic Aptitude Test
[CSAT/suneung] yang dianggap “sakral”, mengakibatkan pendidikan Korsel lebih
banyak digerakkan oleh hagwon/bimbel. Pemerintah Korsel melakukan beberapa
reformasi untuk mengurangi ketergantungan pada tes:
1.
Mengadakan
razia kepada hagwon yang masih ada kegiatan belajar di atas jam 22.00.
2.
Mendorong
universitas melakukan penerimaan mahasiswa tidak hanya berdasar CSAT.
Reformasi
Pendidikan AS (Amerika Serikat)
Karena merasa tertinggal oleh negara-negara
Asia Timur dalam berbagai pemetaan pendidikan global, Amerika Serikat mendorong
inisiatif kurikulum inti. Pemerintah federal menggunakan politik anggaran untuk
mendorong negara bagian menyesuaikan kurikulum daerah dan tes terstandarnya
dengan Common Core. Ironisnya, ketika AS mengetatkan standardisasi untuk
mengejar Cina dan Korsel, justru Cina dan Korsel mereformasi pendidikannya
menjadi lebih fleksibel seperti pendidikan AS sebelumnya.
Reformasi
Pendidikan Polandia
Pada tahun 1998, Polandia melakukan reformasi
pendidikan dimulai dengan membuat kurikulum inti yang baru. Polandia juga
mengirimkan 25% guru kembali ke LPTK untuk dididik kembali, serta mengubah
jalur pendidikan dengan memundurkan penjurusan siswa selama setahun.
Terakhir, guru diberi otonomi untuk memilih
buku teks sendiri serta mengembangkan atau memilih di antara lebih dari 100
opsi kurikulum spesifik yang sudah disetujui oleh pemerintah pusat.
Reformasi
Pendidikan Inggris
Pemerintah Inggris baru saja menerapkan
kurikulum baru yang menjadi pembicaraan karena memasukkan materi pemrograman
komputer kepada siswa sejak dini untuk melatih kemampuan logika. Perubahan
kurikulum dilakukan secara bertahap: diumumkan pada 2010, dilanjutkan
penyusunan dan uji publik intensif selama dua tahun, uji coba penerapan pada tahun
2013, diakhiri dengan penerapan bertahap mulai tahun 2014 sampai dengan 2017.
Reformasi
Pendidikan Finlandia
Reformasi pendidikan Finlandia dimulai sejak
akhir 1970-an dan awal 1980-an, melalui tiga fase:
1.
1980-an:
Berpikir ulang tentang dasar-dasar teoretis dan metodologis persekolahan.
2.
1990-an:
Peningkatan melalui platform berjejaring dan perubahan yang dikelola secara
mandiri oleh satuan pendidikan.
3.
2000-an:
Efisiensi administrasi dan struktur pendidikan dan persekolahan.
Reformasi pendidikan di Finlandia dilepaskan
dari kepentingan politik. Pemerintah yang berganti-ganti tidak membatalkan arah
reformasi. Beberapa poin penting pendidikan Finlandia:
1.
Guru
adalah profesi yang sangat dihormati dan memiliki otonomi besar dalam
mengendalikan konten & arah pembelajaran.
2.
Sekolah
negeri sangat mendominasi karena pemerintah berusaha mewujudkan paradigma
“setiap sekolah adalah sekolah baik”.
3.
Pendidikan
Finlandia berusaha mengejar kesetaraan bukan kesempurnaan, berusaha mendorong
kooperasi, bukan kompetisi.
4.
Finlandia
menggunakan closed loop system yang mendukung lifelong learning.
Demikian, semoga bermanfaat positif bagi kita
semua…