Pakar pendidikan Prof Dr Suswandari MPd
menilai Kurikulum 2013 sangat cocok menjadi basis kebijakan revolusi mental,
karena menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang pernah diutarakan
oleh bapak Presiden RI Joko Widodo terkait jargon yang diusungnya tehadap
kemajuan masa depan Bangsa tentang “revolusi mental” bahwa “Revolusi mental itu
artinya membangun manusianya dulu, membangun jiwanya.
Pendidikan mulai dari SD persentasenya 70-30
persen pembangunan karakter, sikap, perilaku dan budi pekerti. Menginjak ke
tingkatan SMP, 60-40 karakter juga masih ada. SMA/SMK 80-20 persen, karakter. Tanpa
pembangunan manusia yang kita dahulukan, sekaya apapun sebuah negara, provinsi,
ya, percuma. Kuncinya di pembangunan manusia,” tandasnya.
Dengan demikian sebagaimana berita yang admin
kutip dari antaranews.com bahwa Kurikulum 2013 dalam jenjang pendidikan dasar
memberi porsi lebih besar pada pendidikan karakter yakni 80 persen, sedangkan
sisanya 20 persen tentang pengetahuan,” kata Suswandari pada orasi
pengukuhannya sebagai Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka
(Uhamka) di Jakarta, Sabtu.
Kurikulum 2013, ujar dia, memang dipersiapkan
untuk pembentukan generasi bangsa masa depan yang mengedepankan selain pilar pengetahuan
dan keterampilan, juga pilar sikap sebagai pengejawantahan nilai karakter yang
universal. Kurikulum 2013, ia mengatakan, temanya dilakukan secara terpadu
dengan materi lain sehingga sajiannya holistik dan merupakan langkah perbaikan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (2006) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (2009).
“Kurikulum 2013 mencirikan perubahan mindset
tentang pembelajaran, baik menyangkut kompetensi lulusan, materi pelajaran,
pendekatan pembelajaran dan proses pembelajarannya,” katanya. Ia mencontohkan
untuk kelas I SD tema pembelajarannya misalnya tentang Diri Sendiri, kelas II
SD temanya Hidup Rukun, kelas III dengan tema Sayangi Hewan dan Tumbuhan di
sekitar, kelas IV Indahnya Kebersamaan, kelas V Bermain dengan Benda-benda di
Sekitar Kita dan kelas VI Selamatkan Makhluk Hidup.
“Pendekatan pembelajaran terintegrasi ini
membutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan mimpi-mimpi guru untuk selalu
menyajikan pembelajaran yang inovatif, sebagai bagian dari revolusi mental,”
katanya. Suswandari dilantik menjadi Guru Besar Uhamka di bidang Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial bersama Prof Dr Ade Hikmat MPd di bidang Pendidikan
Bahasa Indonesia.
Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno MPd yang
melantik keduanya mengatakan, dengan pengukuan yang ke-7 itu, kini perguruan
tinggi yang dipimpinnya memiliki 13 guru besar. “Untuk menjadi guru besar
tidaklah mudah, harus menulis di jurnal ilmiah yang diterbitkan di jurnal
internasional yang terakreditasi,” katanya.
Pihaknya juga mengusahakan karya-karya ilmiah
para dosennya dipublikasi sehingga bisa diunduh menjadi kutipan (sitasi) oleh
ilmuwan lainnya. (sumber : antaranews.com)