Guru masa depan adalah guru yang memiliki
kemampuan, dan ketrampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran
secara optimal, selanjutnya memiliki kepekaan di dalam membaca tanda-tanda
zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah
merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
Bagaimana sebenarnya guru masa depan seperti
yang diidamkan oleh banyak pihak, diantaranya adalah:
1.
Planner,
artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut
tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen
pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya.
Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang
dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang
dilakukan, dan sudah terprogram secara baik.
2.
Inovator,
artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud
berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media
pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara
individu maupun bersama-sama mampu untuk merubah pola lama, yang selama ini
tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru pembelajaran,
maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
3.
Motivator,
artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan
belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk
belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya.
4.
Capable
personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan
ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengola
proses pembelajaran secara efektif.
5.
Developer,
artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula
menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua
orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap
perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan computer,
internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
Selain ciri-ciri guru masa depan, untuk
melengkapi topik pembahasan pada kesempatan kali ini admin juga akan berbagi tentang
kebiasaan sukses yang dapat dikembangkan guru untuk menghadapi perkembangan
pendidikan masa depan.
Memahami kurikulum, mendesain metode
pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa, mendesain bahan ajar,
mengembangkan penilaian berbasis kelas, dan melakukan pembelajaran berbasis Information and Communication Technology
(ICT) adalah salah satu dari sekian banyak agenda penting guru di era kompetisi
global dewasa ini. Lebih dari itu, guru pun dituntut untuk dapat
mempertanggungjawabkan segala kompetensi profesionalismenya kepada stakeholders pendidikan. Hanya ada dua
pilihan bagi guru untuk merespons kenyataan ini, terus maju mengembangkan diri
atau mundur perlahan tertelan banyaknya tuntutan.
Tulisan ini merupakan sebuah refleksi dan
renungan bagi guru-guru yang memiliki pengharapan untuk memperbaiki diri
menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik. 7 kebiasaan sukses adalah
panduan penting bagi guru masa depan yang ingin melakukan suksesi manajemen
diri. 7 kebiasaan sukses yang dapat dikembangkan guru, di antaranya:
1.
Menjadi Pembelajar Sejati
Ubahlah paradigma bahwa guru berperan sebagai
penyiram tanaman daripada sebagai penuang air. Anggaplah siswa sebagai tanaman
yang memiliki potensi untuk tumbuh sendiri, daripada sebagai sebuah gelas
kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang mengisi. Artinya, guru harus mampu
mengubah paradigma pembelajaran yang tadinya menjadikan siswa sebagai objek
pembelajaran, bergeser pada paradigma siswa sebagai subjek dalam pembelajaran.
Ketika paradigma ini telah terbangun, situasi pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan berpeluang besar untuk dapat dikembangkan di ruangan
kelas. Guru memandang sekolah sebagai tempat belajar untuk menjadi lebih
profesional, sekaligus mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik.
2.
Menjadi Sales Konten Materi Pelajaran
Pernahkah kita menemui siswa kita yang
bersikap acuh tak acuh dengan pembelajaran yang kita bawakan? Jangan salahkan
siswa kita dulu, cek kembali sikap apa yang Anda tampilkan ketika memulai
pembelajaran?
Apakah Anda tampak loyo dihadapan siswa Anda?
Apakah Anda mampu meyakinkan siswa Anda akan manfaat yang mereka dapatkan
ketika mengikuti pembelajaran dengan baik? Apakah Anda mampu menghadirkan
suasana entertainmentdalam pembelajaran Anda yang bernilai edukasi?
Hari ini, guru harus mampu memenangkan ‘hati’
siswanya. Guru harus mampu menjelaskan apa manfaat sekolah bagi siswa, apa
manfaat belajar bagi masa depan mereka kelak. Guru harus mampu menjual
‘manfaat’ mempelajari konten materi pelajaran dengan antusias, menghadirkan
suasana kontekstual antara materi pelajaran dan dunia anak. Seorang guru yang
baik adalah juga seorang sales konten materi pelajaran yang baik.
3.
Menggunakan Beragam Gaya Mengajar
Tidak ada satu pun gaya mengajar yang paling
baik. Memilih dan menggunakan gaya mengajar yang tepat sesuai kebutuhan dalam
pembelajaran adalah tindakan bijak yang harus dilakukan. Saat ini, ada banyak
temuan tentang kinerja otak yang dapat digunakan dalam pembelajaran, ada banyak
model dan pendekatan pembelajaran yang telah melewati proses pengkajian yang
harus dicerna, kalau pun mungkin diterapkan dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajaran di kelas.
Bayangkan jika orang tua siswa ingin
menyaksikan langsung bagaimana situasi pembelajaran di kelas Anda, apakah Anda
siap menunjukkan penampilan terbaik Anda di kelas?
4.
Membangun Relasi dengan Orang Tua Siswa
Dalam kajiannya, Veenman (1984),
mengklasifikasi 5 masalah utama yang dihadapi guru baru dalam melakukan
kinerjanya, yaitu: (1) Classroom Discipline, (2) Motivating Students, (3)
Dealing with Individual Differences, (4) Assessing Students’ Work, (5)
Relations with Parents. Membangun relasi dengan orang tua siswa, bagi seorang
guru tanpa kecuali, merupakan permasalahan pelik yang mesti dicarikan
solusinya.
5.
Rajin Mengikuti Kegiatan In-Service Training
Prof. Masaki Sato (2007) menjelaskan adanya
kelemahan besar dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dalam menghasilkan
tenaga guru.
Pertama, kuliah yang diberikan di kampus
difokuskan pada transfer pengetahuan (transfer of knowledge) keilmuan suatu
disiplin ilmu, sedangkan pengetahuan praktis untuk meningkatkan keilmuan dan
kompetensi guru dalam mengajar pada kenyataannya tidak pernah diajarkan.
Kedua, seorang dosen di universitas, secara
umum, mengajarkan suatu disiplin ilmu tidak berdasarkan situasi dan kondisi di
sekolah. Apa pun jenis teorinya tidak akan pernah diketahui kebenarannya jika
tidak diujikan.
Ketiga, pengetahuan mengenai pelayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus “learning disorder” (anak yang
memiliki kesulitan belajar) harus dipraktikkan di lapangan (ruang kelas).
Dengan banyak berinteraksi dengan lingkungan sekolah, kita akan banyak bertemu
dengan anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajar. Mereka membutuhkan
bimbingan untuk menentukan penanganan secara nyata yang tepat berdasarkan hasil
penelitian atau keilmuan.
Semua guru, baik dari lulusan LPTK maupun
Non-LPTK, harus memiliki sikap mau belajar. Konsekuensinya, guru harus mau dan
mampu menggali banyak informasi di luar jam kerjanya untuk meningkatkan interpersonal skill, communication skill,
teaching skill, dan keterampilan lainnya yang relevan dengan kinerja
profesionalisme sebagai guru. Mengagendakan diri secara rutin dalam mengikuti
kegiatan pengembangan diri melalui In-Service
Training merupakan salah satu alternatif solusi untuk dapat mengikuti
perkembangan terkini di dunia pendidikan.
6.
Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Siapa yang dapat mengetahui kekurangan kita
dalam mengajar? Bagaimana cara kita memperbaiki kekurangan mengajar kita di
kelas? Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu cara untuk menganalisis
tugas mengajar kita di kelas. Fokus PTK adalah untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang kita hadapi dalam mewujudkan situasi pembelajaran efektif. Pada
dasarnya, masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang
diinginkan.
PTK sendiri dilakukan untuk mengubah perilaku
sendiri dan perilaku siswa, mengubah kerangka kerja proses pembelajaran, yang
pada akhirnya berdampak pada perubahan pada perilaku diri sendiri dan siswa
dalam konteks pembelajaran.
Cohen & Manion (1980) menyatakan ada 7
fokus bidang garapan dalam PTK, yaitu: (1) metode mengajar, (2) strategi
belajar, (3) prosedur evaluasi, (4) penanaman atau perubahan sikap dan nilai,
mendorong sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan, (5)
pengembangan profesional guru (meningkatkan keterampilan mengajar,
mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau
meningkatkan kesadaran diri), (6) pengelolaan & kontrol pada teknik
modifikasi perilaku, dan (7) administrasi (menambah efisiensi aspek tertentu
dari administrasi sekolah).
PTK merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban guru terhadap kinerjanya. Selain untuk kepentingan evaluasi
yang komunikatif, data dan fakta yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat
dijadikan referensi bagi guru untuk menulis di media masa maupun untuk
disharing di komunitas guru yang lebih besar (KKG, MGMP, dsb). Harapannya,
temuan-temuan yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat berdampak lebih besar
bagi pengembangan pendidikan dalam skala luas.
7.
Menginspirasi Siswa dengan Metafora
Metafora adalah memaparkan cerita tentang
hakikat kesuksesan, perumpamaan-perumpamaan mengenai suatu bentuk kehidupan
yang notabene akan siswa hadapi kelak, simulasi, atau pun kisah-kisah berbagai
orang sukses dalam hidupnya.
Tanpa kita sadari, selama ini kita terlalu
berfokus pada konten materi pelajaran, tetapi kita tidak mampu menghadirkan dan
menggali makna kehidupan dari materi yang kita bawakan. Apakah pernah ketika
mengajar materi matematika, misalnya, kita juga berupaya menggali dan memaknai
arti penting bersikap jujur, bersinergi dengan orang lain, bekerja keras,
berpikir sistematis dan cermat melalui materi yang dihadirkan dalam situasi
pembelajaran?
Metafora yang disajikan dalam pembelajaran,
baik di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran sangat penting untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Dari perasaan benci, berganti menjadi suka.
Dari perasaan bosan berubah menjadi berminat. Dari menjenuhkan menjadi
menyenangkan. Dari perasaan tak butuh, setahap demi setahap menjadi penasaran,
berkeinginan, dan membutuhkan materi pelajaran yang kita berikan. Seorang
pengajar yang baik tidak hanya dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan materi
pembelajaran, akan tetapi dia dapat menginspirasi siswa untuk melakukan yang
terbaik dalam kehidupannya.
Demikian share dari admin pada kesempatan
hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua…