Saat guru dikelas, adalah saat siswa
merasakan aura dan pesonanya. Aura yang saya maksud adalah segala tindak tanduk
serta perilaku yang tercermin dari saat memasuki kelas sampai mengakhiri kelas
setelah mengajar yang membuat sukses tidaknya kelas yang dikelolanya. Hampir
semua pendidik dan pengajar ingin kelas yang dipegangnya lancar dan tidak ada
hambatan. Namun sadarkah kita jika terkadang hambatan itu datang dari diri kita
sendiri? Berikut 6 indikator hambatan yang berasal dari diri guru itu sendiri.
Kontrol dan batasan terhadap siswa sangat
ketat, atau malah guru menerapkan sedikit sekali kontrol. Guru tidak tegas
dalam menjalankan peraturan kelas (inkonsisten). Cenderung menjadi teman bagi
siswa, permisif atau serba boleh atau malah tidak mau terlibat dengan siswa
sama sekali. Lay out kelas tetap sama, tidak mengubah -ubah letak tempat duduk
siswa sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
Siswa melanggar langsung dihukum, guru tidak
mau mendengar alasan siswa,keputusan semua berasal dari guru. Siswa mengalami
kekurangan motivasi karena aspirasinya tidak didengar. Komunikasi hanya satu
arah, kelas baru dianggap baik apabila sunyi. Saat guru berbicara, siswa
mendengar saja , siswa menjadi tidak berinisiatif karena siswa tidak boleh
interupsi. Siswa takut menjalin komunikasi dengan guru.
Tidak ada minat dan perhatian terhadap siswa,
Tidak perhatian pada siswa , telalu memperhatikan emosi siswa dari pada
kesuksesan pengelolaan kelas. Tidak menerapkan disiplin kepada siswa, hanya
memperhatikan siswa jika mereka berbuat negatif, tidak ada penghargaan bagi
mereka yang sudah berbuat positif. Tidak kreatif, menggunakan materi yang sama
setiap tahun, tidak ada variasi, guru tidak mempersiapkan kelasnya
Setelah proses pengelolaan kelas sudah berhasil
dilakukan dengan baik tanpa hambatan, itu artinya proses belajar dan mengajar
sudah bisa di mulai. Saat guru mengajar, ada dua kemungkinan yg akan terjadi
pada seorang guru, ia lupa waktu atau ia sering mengecek waktu kenapa belum
juga berakhir. Kalau yang pertama terjadi pada anda, selamat anda layak disebut
sebagai guru profesional. Tapi jangan senang dulu lupa waktu bisa juga berarti
anda belum cermat dalam membagi waktu.
Lupa waktu juga bisa berarti anda asyik dan
senang serta larut dalam kesenangan mengajar. Anda merasa interaksi dengan
siswa sangat intens, siswa senang belajar dengan anda dan sebaliknya.Jika anda
masih menjadi guru yang senangnya melirik jam, sambil mempertanyakan kenapa jam
bergerak lama sekali, mungkin ini jawabannya.
1.
Anda
masih menomorsatukan peran anda di kelas. Anda masih merasa andalah sumber
ilmu, andalah yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran, dll. Padahal
mengapa tidak kita bagi tanggung jawab bersama siswa.
2.
Anda
masih merasa buku teks sebagai sumber satu-satunya inspirasi dalam mengajar.
Buku teks penting, sayapun senang padanya karena ia banyak membantu saat kita
kekurangan ide. Tapi apakah sekali-kali anda tidak ingin meramu pelajaran anda
sendiri. Sumber inspirasi bisa dapat dari mana saja, dari koran sampai tv dari
tetangga sampai siswa kita sendiri, semua bisa dijadikan inspirasi.
3.
Anda
memaksa siswa dikelas, untuk bisa mengingat informasi yang anda sampaikan.
Hanya karena saat anda sekolah dulu merasa paling jago menghafal, anda didik
siswa anda dengan cara yang sama. Cara ini sangat rawan stress, baik bagi anda
sebagai guru, apalagi siswa.
4.
Anda
berharap dan senang dengan jawaban yang ‘benar’. Siapa guru yang tidak senang
saat siswa menjawab benar, tapi percayalah butuh proses untuk sampai kesana.
Prosesnya antara lain dengan anda mengarahkan diskusi siswa, menunjukkan
fakta-fakta berupa gambar atau data yang membuat siswa paham, dan masih banyak
lagi cara dalam menciptakan situasi siswa paham dan senang untuk unjuk pendapat
dalam diskusi yang berujung pada ‘kebenaran’ yang disepakati bersama.
5.
Anda
tidak merencanakan pembelajaran. Lupakan sejenak Rencana Perencanaan
Pembelajaran yang benar menurut pelatihan yang anda hadiri. Lupakan sejenak
pakem-pakem, yang anda perlukan adalah menulis hal yang ingin anda lakukan
dengan siswa anda dikelas. Cukup itu saja dulu, anda tidak akan menjadi guru
profesional jika tunggu ilmu anda cukup untuk menulis sebuah RPP yang benar.
6.
Anda
berkonsentrasi membuat siswa menguasai ‘fakta’ dalam pembelajaran. Fakta yang
saya maksud adalah tanggal, bulan, tempat, nama tokoh. Siswa akan merasakan
hal-hal yang dipaksa mereka untuk kuasai malah tidak ada hubungannya dengan
kehidupan mereka sekarang. Berikan penugasan yang menantang, buat mereka
berpikir bahwa belajar adalah mengambil pelajaran dari hal yang sudah lewat
untuk dipakai dimasa depan,
Semoga
bermanfaat bagi seluruh Bapak/Ibu Guru semua…