Paling Berkesan_ Khusus
untuk makanan mudah rusak, proses seleksi lebih baik dilakukan saat pengolahan.
Lalu seleksi makanan yang tidak mudah rusak dilakukan saat penyimpanan. Yang
berkondisi tidak baik disingkirkan agar tidak mencemari bahan makanan lain yang
berkondisi baik.
Menyimpan
bahan makanan yang tidak mudah rusak dan yang mudah rusak juga perlu dibedakan.
Yang gampang rusak disimpan di lemari es atau gudang berpendingin. Yang awet
cukup ditaruh di gudang biasa atau lemari bahan makanan.
Yang
penting, tempatnya bebas tikus, menerapkan prinsip FIFO (first in first out),
mudah dibersihkan, dan penempatannya dipisahkan dari bahan kimia. Langkah
ketiga, pengolahan bahan makanan menjadi makanan siap santap, yang merupakan
salah satu titik rawan terjadinya keracunan.
Banyak
kasus keracunan terjadi karena tenaga pengolahnya tidak memperhatikan aspek
higiene dan sanitasi. Soal sepele seperti kebersihan kuku, pakaian kerja, dan
rambut sering diabaikan, padahal bisa berakibat fatal.
Perilaku
kurang baik, macam merokok saat mengolah makanan, tidak mencuci tangan setelah
dari kamar kecil, dan tetap mengolah makanan meskipun dalam keadaan sakit
memperbesar risiko terjadinya keracunan.
Sesudah
diolah, makanan umumnya disimpan lebih dulu, lalu diangkut untuk disajikan.
Terjadinya kontaminasi pada tiga tahap terakhir bisa sangat berbahaya, karena
makanan sudah dalam keadaan matang atau siap santap.
Khusus
untuk di rumah, hati-hati dengan makanan setengah matang. Jangan pernah
menyimpannya secara sembarangan hanya karena berpikiran akan dimasak lagi. Bisa
jadi suhu untuk memanaskan makanan menjadi setengah matang tidak cukup untuk
membunuh kuman. Jadi, lebih baik simpan makan-an setengah matang dalam wadah
tertutup untuk meng-hindari kontaminasi.