Suatu
pagi yang masih terasa suasana dingin, rumputpun belum kering dari embun yang
semalaman turun. Si anak kecil berangkat ke ladang bersama ayahnya. Setibanya
di ladang, mereka beristirahat sejenak di gubuk khusus di bahwah pohon asam.
Sang anak membawa buku kecil tak lain dan tak bukan adalah kamus Indonesia –
Inggris yang telah ia beli pada bulan lalu dari pasar tradisional di dekat
rumahnya.
Buku
kecil itu pun diselipkan di celah-celah atap gubuknya. Setelah minum air
secukupnya, lantas ia bergegas menyusul ayahnya menuju lokasi garapan yang akan
dicangkulnya untuk ditanami tanaman tembakau. Seiring perjalanan waktu, hentakan-hentakan
cangkul si anak hampir seirama dengan sang ayah. Keringat pun mulai keluar dari
pori-pori kulit mereka, sang mentari pun telah mulai meninggi.
Sekitar
jam 11.30 WIB mereka beristirahat di gubuknya untuk makan siang dan tidur siang
sebentar di atas kayu-kayu bulat yang telah ayahnya susun. Setelah makan
ayahnya berbaring di atas tempat khusus “leyeh-leyeh” itu. Sedangkan sang anak
mengambil buku kecil yang telah hilang sampulnya itu untuk di baca satu demi
satu kosa kata bahasa Inggris ke Indonesia dan sebaliknya, sambil ia berusaha
ingat dan hafalkan. Ia berharap suatu kelak ia mempunyai wawasan yang luas,
masa depan cerah, hidup mandiri, berguna bagi keluarga, agama, bangsa dan
negara Indonesia tercinta.