Dengan akal
pikiran yang dimiliki manusia selalu terdorong untuk mencari kebenaran dengan
cara mengumpulkan ilmu pengetahuan yang sebanyak-banyaknya.
Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, akan tetapi secara
garis besar dibedakan dalam dua cara, yakni:
1. pencarian ilmu
pengetahuan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat
sistematis yang kemudian dikenal dengan istilah pendekatan ilmiah, dan
2. pencarian ilmu
pengetahuan dengan tanpa menggunakan langkah-langkah yang bersifat sistematis
yang kemudian dikenal dengan istilah pendekatan nonilmiah.
1. Pendekatan Nonilmiah
Kegiatan
manusia dalam usaha mencari ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama
sebelum diketemukannya metode ilmiah, dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya adalah penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan, penemuan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan akal sehat (common sense), penemuan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan intuisi, penemuan ilmu pengetahuan melalui
wahyu, penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba (trial and error), dan
lain sebagainya.
Dalam sejarah
kehidupan manusia, tercatat adanya beberapa penemuan besar yang terhendaki
dalam penelitian ilmiah. Salah satu contoh penemuan ilmu pengetahuan yang terjadi
secara kebetulan, yakni tanpa menggunakan langkah-langkah sebagaimana yang
dikejadi secara kebetulan adalah penemuan Kina sebagai obat penyakit malaria.
Menurut cerita, terdapat seorang penderita penyakit malaria yang secara
kebetulan menemukan parit yang berisi air pahit yang disebabkan oleh
kulit-kulit pohon Kina yang ditumbangkan oleh angin.
Karena rasa
haus, penderita penyakit malaria tersebut meminum air pahit yang terdapat di
dalam parit tersebut. Rupanya telah menjadi keberuntungannya karena air pahit
tersebut telah mengandung kinine dan kinolin (jenis alkaloid) yang merupakan
obat penawar bagi penyakit malaria. Akal sehat (common sense) merupakan
konsep atau pandangan umum yang digunakan oleh manusia secara praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada satu sisi
akal sehat memang merupakan suatu kebenaran, namun pada sisi yang lain akal
sehat dapat menyesatkan manusia dalam mengambil suatu keputusan. Seperti
pandangan akal sehat yang mengatakan bahwa air akan selalu mengalir menuju
tempat yang lebih rendah. Pandangan tersebut ternyata tidak tepat karena dalam
peristiwa kapilaritas air yang menggenang dapat diserap oleh kain, spon, kertas
isap, dan benda-benda sejenisnya.
Wahyu merupakan
suatu pengetahuan yang datang secara langsung dari Tuhan, sama sekali bukan
merupakan usaha aktif manusia melalui kegiatan penalaran. Oleh karena itu
pengetahuan diperoleh melalui wahyu merupakan suatu kebenaran yang bersifat
mutlak. Namun demikian, tidak semua manusia mampu memperoleh wahyu dari Tuhan,
hanya manusia-manusia yang dekat dengan Tuhan serta bersih jiwa dan hatinya
saja yang berkemungkinan untuk mendapatkan wahyu. Intuisi juga dapat digunakan
sebagai cara untuk menemukan pengetahuan. Intuisi merupakan kemampuan untuk
memahami sesuatu melalui bisikan hati.
Usaha nonilmiah
lainnya yang dapat ditempuh dalam upaya mencari pengetahuan adalah usaha
coba-coba yang dikenal dengan istilah (trial and error), yakni
serangkaian percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan
cara dan materi yang berbeda-beda. Usaha coba-coba (trial and error)
dilaksanakan tanpa menggunakan metode yang bersifat sistematis. Dengan
demikian, usaha coba-coba kurang efisien dan kurang efektif dalam mencari
pengetahuan. Meskipun usaha coba-coba seringkali mendapatkan hasil berupa
pengetahuan tertentu, namun penemuan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
penemuan ilmiah mengingat tidak ditempuh melalui prosedur ilmiah.
2. Pendekatan Ilmiah
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa pendekatan ilmiah merupakan suatu usaha untuk
mencari ilmu pengetahuan dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah yang
didukung dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat sistematis. Setidaknya
terdapat tiga pola pikir yang dikembangkan dalam pendekatan ilmiah, yakni pola
pikir induktif, pola pikir deduktif, dan pola pikir yang merupakan gabungan
deduktif-induktif.
Pola pikir
deduktif sering dipergunakan oleh penganut aliran rasionalisme. Aliran
rasionalisme mengatakan bahwa ide tentang kebenaran tersebut sesungguhnya sudah
ada. Akal pikiran manusia dapat mengetahui ide tentang pengetahuan dan tentang
kebenaran tanpa harus melihat dunia nyata. Sedangkan pola pikir induktif
dikembangkan oleh penganut aliran empirisme. Aliran empirisme beranggapan bahwa
kebenaran dan ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Dalam
hubungan ini, Deddy Mulyana memunculkan istilah pendekatan objektif.
Pendekatan
objektif merupakan pendekatan ilmiah yang diterapkan dalam bentuk penelitian
yang sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap hipotesis mengenai
hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam. Pendekatan objektif
dilaksanakan dengan anggapan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan
peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam dunia nyata dapat diamati oleh panca
indera manusia.
Kedua pola
pikir, yakni pola pikir induktif dan pola pikir deduktif memiliki kelebihan dan
sekaligus kelemahannya masing-masing. Salah satu kelemahan mendasar yang
terdapat pada penganut aliran rasionalisme adalah sulitnya mencari kata sepakat
yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam kegiatan berpikir bersama secara
universal.
Fenomena tersebut terjadi karena, selain sebagai makhluk sosial,
manusia juga merupakan individu yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan individu lainnya. Kenyataan tersebut sekaligus menegaskan akan adanya
berbagai macam konsepsi kebenaran yang ada dalam pemikiran manusia. Sementara
itu, penganut aliran empirisme juga gagal dalam menemukan kebenaran karena
gejala-gejala yang terdapat dalam fenomena alam tidak akan berarti apa-apa
sebelum diberi tafsiran dengan menggunakan akal pikiran.
Untuk mengatasi
segala beberapa kelemahan di atas diperlukan pengembangan pola pikir yang
merupakan gabungan dari pola pikir deduktif dan pola pikir induktif yang
kemudian melahirkan aliran convergency. Aliran convergency
berpandangan bahwa kebenaran akan dapat ditemukan melalui usaha berpikir yang
ditindaklanjuti dengan usaha pencarian buktibukti dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, aliran rasionalisme memberikan kerangka dalam berpikir logis,
sedangkan aliran empirisme memberikan kerangka untuk membuktikan atau
memastikan adanya suatu kebenaran.
Pola pikir yang
dikembangkan oleh aliran convergency di atas telah mendorong adanya
metode ilmiah. Dalam metode ilmiah, kebenaran dapat diperoleh melalui kegiatan
penelitian yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan terkontrol
berdasarkan data-data empiris. Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan
ilmiah biasanya bersifat konsisten karena sesuai dengan sifatnya yang obyektif.
Metode ilmiah yang sangat diperlukan bagi proses penelitian merupakan suatu
penemuan yang brillian dalam sejarah pemikiran manusia.